Salah satu kesalahan tindakan seseorang dalam menghadapi kesulitan adalah mengasihani diri sendiri. Mengasihani diri sendiri (self-pity) adalah menerima kelemahan atau kegagalan diri kita dan memanfaatkannya untuk mendapatkan belas kasihan dari orang lain.
Banyak orang yang sangat pandai mencari beribu alasan untuk membenarkan tindakannya dalam mengasihani diri sendiri. Tentu saja setiap alasan yang ada menjadikan dirinya sebagai korban tapi tidak pernah membuatnya akan menjadi pemenang.
Sebuah kisah yang selayaknya menjadi inspirasi kita adalah mengenai Victor Frankl, seorang dokter muda yang baru menikah di Viena. Ia beserta isterinya, Kedua ortunya, istrinya, saudara lakinya ditangkap oleh tentara Nazi pada tahun 1942. Satu persatu keluarganya meninggal di kamp Nazi. Ketika dipenjara, tentara Jerman mengatur waktu makan, tidur, tempat penjaranya dan apa yang harus dimakan.
Namun Victor Frankl bertekad walaupun Tentara jerman boleh mengontrol, menguasai (bahkan membunuh) hidupnya, tetapi tentara Jerman TIDAK DAPAT MENGONTROL SIKAPNYA TERHADAP SITUASI ITU. Dirinya sendirilah yang menguasai dan mengontrol sikapnya. Ia memilih sikapnya! Ia memilih tidak terluka ditengah-tengah kesedihan yang menghantam hidupnya! Dia tetap memilih bersuka cita dan sikap inilah yang membuat ia bertahan!
Victor Frankl berpikir bahwa tentara Nazi boleh mengatur dan merampas apa saja yang dia milki, tapi ada satu hal yang tidak akan pernah bisa diambil, dirampas atau dikuasai oleh tentara nazi yaitu sikap hatinya dalam menghadapi perlakuan keji tentara Nazi.
Victor memilih untuk tetap bersuka cita dan akhirnya keputusan inilah yang membawanya tetap survive. Dalam menjalani hidup kita tidak dapat memilih apa yang akan terjadi tapi kita bisa memilih bagaimana kita bereaksi menghadapi permasalahan yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar